USD 400,5 juta untuk menerangi Sumba
Kupang, 21 Oktober 2016 — Saat ini, 55% kebutuhan listrik masyarakat di pulau Sumba dipasok dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Program Pulau Ikonik Sumba berhasil meningkatkan rasio elektrifikasi Sumba dari 24,5% pada tahun 2010 menjadi 42,67% pada tahun 2015. Peningkatan ini berkat kontribusi pengembangan EBT yang berhasil memasok 5,7 MW kapasitas terpasang. Capaian ini baru mewakili sekitar 17,5% dari target Rencana Umum Penyediaan Energi Sumba (RUPES) yang menargetkan capain 65% kontribusi EBT pada tahun 2020 agar mampu mencapai 95% rasio elektrifikasi Sumba pada tahun yang sama.
Puncak permintaan kebutuhan listrik pulau Sumba mencapai 10,3 MW sepanjang 2013 – 2014. Dan berbagai hasil studi mengindikasikan bahwa pertumbuhan permintaan dan kebutuhan listrik di Sumba sepanjang 2014 sampai 2025 akan meningkat menjadi 17,2% per tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen berbagai pihak untuk lebih serius terlibat dalam upaya penambahan kapasitas penyediaan energi sepanjang 2016-2020 mendatang.
“Pencapaian target ini memerlukan aksi cepat, mengingat tahun 2020 hanya kurang dari empat tahun dari sekarang,” jelas Sandra Winarsa, Manajer Proyek Energi Hijau Hivos (Humanist Institute for Co-operation with Developing Countries/Institut Humanis untuk Kerja Sama Pembangunan) di Kupang. “Dengan target capaian EBT tersebut, sebagai tulang punggung sistem kelistrikan di dalam pulau, jaringan listrik PLN bagian Timur dan Barat yang saat ini masih terpisah sangat penting untuk diintegrasikan secepatnya. Dengan demikian, pihak pengembang swasta yang tertarik berinvestasi tidak ragu untuk merealisasikan potensi EBT yang sangat banyak tersedia. Upaya tersebut akan menentukan ketersediaan akses listrik bagi 77,5% sampai 83,2% rumah tangga di Sumba.”
Diharapkan, target capaian EBT yang sebagaimana tertera di Blueprint, Peta Jalan dan RUPES program Pulau Ikonik Sumba ini dapat terealisasi melalui kerjasama aktif multi pihak yang terlibat di program Pulau Ikonik Sumba. Hal ini penting karena pencapaian target kelistrikan untuk pulau Sumba membutuhkan dana investasi besar yang diperlukan untuk mengembangkan potensi-potensi EBT sebagai sumber energi kelistrikan.
Menurut studi Bank Pembangunan Asia, sebanyak USD 400,5 juta diperlukan untuk mencapai target rasio 95% elektrifikasi di Sumba. Oleh karenanya, kerjasama pendanaan dari sektor publik (APBN, APBD, DAU, dan DAK) dan investasi pihak swasta sangat diperlukan. Prioritas utama sepanjang 2016 sampai 2020 adalah menggalang minat investor untuk menanamkan modal sebesar USD 105,2 juta yang dibutuhkan untuk pembangungan PLT berbasis EBT di Sumba.
Mencari Solusi Inovatif Sistem Off-Grid Energi Terbarukan dan Model Usaha di Sumba
Saat ini dan kedepannya, Hivos akan tetap bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PLN, Pemerintah Provinsi NTT, ke-empat Pemerintah Kabupaten di Sumba, dan berbagai pihak terkait termasuk badan donor, mitra organisasi masyarakat sipil di Sumba, akademisi serta pihak swasta dalam merealisasikan target Peta Jalan EBT Sumba. Sistem on-grid dan off-grid memiliki kepentingan yang sama untuk mendorong pembangunan ekonomi Sumba.
Melalui program kemitraan hijau dengan Millenium Challenge Account-Indonesia (MCA-I), sepanjang 2016 hingga 2018, Hivos bersama mitra konsorsium Yayasan Rumah Energi dan Village Infrastructure Angel akan memperluas upaya peningkatan akses energi terbarukan khususnya off-grid dan membangun potensi peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan yang terlibat.
Masyarakat Sumba hidup tersebar dan ini berdampak terhadap tingginya biaya perluasan jaringan listrik dan tidak sesuai dengan skala ekonomi PLN. Hal ini mengakibatkan angka elektrifikasi yang masih cukup rendah – terutama khususnya pada kebutuhan penerangan. Oleh karena itu, kemitraan ini akan menyediakan 7.000 lampu PV isi-ulang melalui 25 PLTS skala kecil di sekolah dan 20 PLTS skala kecil di desa-desa pilihan. Kegiatan ini diestimasikan akan menjangkau lebih dari 30.000 anak-anak.
Selain itu, melalui kemitraan yang sama, direncanakan akan dipasang 50 sistem penggilingan mikro bertenaga surya untuk proses pengolahan pangan pokok di Sumba. Masyarakat petani akan diuntungkan melalui teknologi ini karena akan mempercepat waktu proses produk mereka, hasil olahan lebih bermutu dan bernilai untuk dijual di pasar. Jagung dan beras adalah bahan pangan pokok dalam menu masyarakat Sumba. Namun, untuk memproduksi makanan ini banyak menghabiskan waktu, yang sebagian besar dilakukan oleh para perempuan. Proses pengolahan manual menggunakan tangan membatasi jumlah panenan yang bisa diolah, dan membatasi jumlah waktu yang tersisa untuk melakukan kegiatan bernilai ekonomi lainnya.
Instalasi 3.200 biogas digester akan memperluas jangkauan program Biogas Rumah (BIRU). Kegiatan ini akan menggunakan model bisnis yang telah teruji guna menyediakan energi terbarukan untuk memasak dan penerangan bagi 3.200 rumah tangga. Pada saat yang sama, masyarakat pengguna biogas (termasuk perempuan yang meliputi lebih dari 50 persen anggota rumah tangga) juga akan membangun praktek pengelolaan peternakan yang lebih modern dan ramah lingkungan dengan mendapatkan kemampuan untuk mengoperasikan dan merawat instalasi biogas untuk pengelolaan limbah hewan yang lebih baik. Sebanyak 65 persen dari rumah tangga itu (2.080) juga akan dapat memproses, memakai atau menjual ampas biogas (bioslurry) yang bermanfaat sebagai pupuk organik. Banyak rumah tangga akan terlibat dalam operasional pengolahan ampas biogas (30 persen di antaranya dijalankan oleh perempuan), terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan dan penjualan.
Melihat banyak masalah keberlanjutan sistem skala kecil (off-grid) EBT terletak pada pengelolaan manajemen. Bersama dengan mitra swasta, Hivos dalam proses membentuk dua Pusat Layanan Energi Terbarukan (RESCO) di Waingapu dan Waitabula sebagai penghubung operasi bisnis dan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pemasangan, pengoperasian, dan perawatan sistem energi terbarukan. Pusat layanan energi terbarukan adalah solusi untuk mengatasi tantangan besar dan keberlanjutan jaringan listrik mini dan tersebar di Sumba, dan personalia asal Sumba yang akan menjadi ujung tombak RESCO sedang dipersiapkan kapasitasnya untuk melayani masyarakat, PLN dan pemerintah dalam pengoperasian dan pemeliharaan sistem listrik energi terbarukan skala kecil untuk jangka panjang.
Untuk informasi selengkapnya, silahkan menghubungi:
Loui Thenu
Communications Officer
Green Energy
Hivos Southeast Asia
Jl. Kemang Selatan XII no. 1
Jakarta Selatan 12560 – Indonesia
T: +6221 7892489, +6221 78837577
F : +6221 7808115
M: 08119660234
E-mail: lthenu@hivos.org I www.hivos.org I www.sumbaiconicisland.org
Hivos is a member of Alliance2015