kupang.tribunnews.com – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sumba Timur berharap agar melalui model-model integrasi gender dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) RI bersama dengan Hivos di Desa Luku Wingir di Kecamatan Kambata Mapanbuhang yang dipilih sebagai pilot project bisa meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat setempat.
Hal itu disampaikan oleh Pelaksana Harian (Plh) Sekda Sumba Timur Domu Warandoy dalam membuka kegiatan Pengembangan Model Daerah dengan Pengelolaan Energi yang Responsif Gender di Kabupaten Sumba Timur di Aula Setda Sumba Timur, Kamis (9/8/2018) siang.
Warandoy juga mengatakan, Pemerintah Daerah Sumba Timur sangat berterima kasih karena KPP dan PA bersama dengan Hivos telah menjadikan Desa Luku Wingir sebagai pilot project dalam program tersebut, begitu juga NGO atau LSM lain, karena bagi Pemda Sumba Timur Desa Luku Winggir adalah salah satu desa yang jauh aksesnya dari daerah perkotaan.
Selain itu, melalui program tersebut KPP dan PA bersama Hivos sudah banyak memberikan bantuan bagi warga Luku Wingir salah satunya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang sudah menerangi warga. Selain itu melalui PLTMH tersebut juga warga sudah memanfaatkan untuk kegiatan ekonomi.
“Melalui kegiatan ini juga, kami mau menginvestalisir terhadap kegiatan OPD yang terintegrasi di kampung KB Luku Wingir dalam kegiatan ini karena banyak OPD yang memberikan dukungan berupa pembangunan bagi masyarakat di desa tersebut dan menjadi desa pilot project, Gender dan Energi Terbarukan,” kata Warandoy.
Deputi Bidang Kesejahteraan Gender KPP dan PA, Agustina Erni, juga menjelaskan pada tahun 2016 KPP dan PA telah memulai inisiatif untuk melakukan kajian awal mengenai integrasi gender di dalam isu energi terbarukan di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh KPP dan PA untuk menyusun peta jalan tersebut adalah dilakukan forum komunikasi gender dan energi yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah dikomunikasikan.
Kata Erni melalui forum tersebut bermaksud untuk mengembangkan model integrasi gender dan energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan adanya inisiatif Sumba Iconic Island (SII) yang diinisiasi oleh Kementerian ESDM dan Hivos pada tahun 2010 lalu.
Pengembangan model ini diharapkan dapat melibatkan masyarakat Sumba mulai dari tataran pemerintah hingga ke tatatan masyarakat.
Dikatakan Erni, sementara keputusan setelah berkoordinasikan dengan pemerintah daerah menghasilkan keputusan Desa Luku Wingir, Kecamatan Kambata Mapambuhang sebagai lokasi pengembamgan pilot project.
Keputusan tersebut dapat diharapkan meningkatkan ekonomi perdesaan berbasis energi terbarukan yang berperspektif gender.
Erni mengatakan, adapun pertimbangan terpilihnya desa tersebut sebagai pilot project karena di daerah tersebut sudah memiliki PLTMH dengan 22 Kwh yang saat ini telah beroperasi melalui pendanaan APBD II.
Kata Erni, karena itu KPP dan PA memandang penting untuk mengadakan lokakarya terkait model integrasi gender dan energi terbarukan kepada semua pemangku kepentingan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepadaa para peserta terkait inisiatif penyusunan model isu gender dalam isu gender yang terbarukan untuk menyusun rencana aksi bersama terkait dengan penyusunan model integrasi gender dan energi terbarukan di Sumba Timur.
Selain itu dengan tujuan untuk mendapatkan masukan terkait dengan penyusunan model integrasi tersebut dan potensi replikasi model tersebut di kabupaten-kabupaten lain dan juga untuk menyusun rencana aksi bersama terkait dengan penyusunan model integrasi gender dan energi terbarukan di Sumba Timur.
Hadir juga sebagai pamateri dalam kegiatan tersebut Direktur Biro Panas Bumi, Dirjen EBTK Kementerian ESDM, Ida Nurhatin, dan Sekretaris Deputi Bidang Kesejahteraan Gender KPP dan PA, Ratna Susianawati. Selain itu hadir juga sejumlah perwakilan OPD terkait, dan Kades Luku Wingir.
(Sumber: http://kupang.tribunnews.com/2018/08/09/sumba-timur-berharap-melalui-energy-terbarukan-meningkatkan-ekonomi-masyarakat-luku-winggir)