merdeka.com – Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Boni menyebut bahwa sekitar 20 hingga 30 persen desa di wilayahnya belum terlistriki hingga saat ini.
“Masih banyak yang belum terlistriki, 20-30 persen yang belum terlistriki,” ungkapnya di Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (24/1).
Dia menjelaskan, sebagian besar listrik di NTT dipasok oleh PLN, padahal menurut dia, wilayahnya sangat kaya dengan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT). “Banyak dari PLN, beberapa dari EBT yang bisa mendukung. PLN punya program desa berlistrik. EBT ini kan baru beberapa tahun yang bisa dikembangkan,” kata dia.
“Untuk daratan NTT hampir semua potensi ada. Angin, matahari, air, panas bumi. Juga potensi arus laut Antara Pulau Flores dan Pulau Adonara,” tambahnya.
Menurut Boni, hambatan utama yang dihadapi pihaknya adalah keterbatasan keuangan dan teknologi untuk mengoptimalkan potensi-potensi EBT tersebut. “Perlu dukungan finansial. Memang karunia Tuhan tapi bagaimana kelola butuh teknologi, butuh biaya cukup besar. Butuh sinkronisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dalam hal ini provinsi,” katanya.
Sejauh ini langkah yang telah diambil Pemprov adalah dengan menjalin kerja sama dengan investor seperti organisasi Nirlaba Non-pemerintah semacam Hivos dan MAC-I (Milenium Challenge Account-Indonesia) dalam pemanfaatan potensi EBT di Pulau Sumba melalui program ‘Terang’ (Investing in Renewable Energy for Rural, Remote Communities).
Tercatat hingga 2017, ada 550 biogas digester yang terpasang, 25 sekolah terpasang PV solar sistem, dan 30 kios energi. Ada pun program Terang yang dilakukan di Sumba berhasil menyumbang 1,22 persen terhadap bauran energi terbarukan di pulau Sumba.
“Memang kita harus pacu. Kalau harap saja dari pemerintah agak sulit. Kita kerja sama dengan PLN dan dengan investor lain. Agar bisa terealisasi,” jelas Boni.
“Kita juga menumbuhkan investasi, dengan kerja sama dengan Hivos, MCA-I. Kita harap bisa terus berlanjut dan ada keberlangsungan pembangunan di sektor EBT,” sambungnya.
Pada 2017 Pemprov NTT telah membangun 4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat di Pulau Sumba dengan total anggaran hingga Rp 17 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Sementara Pengembangan EBT ada PLTS Terpusat, PLTS Tersebar, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Ada yang sudah panas bumi di Flores. Ada dua kabupaten. Masih ada beberapa potensi, juga arus laut. Kalau semua bisa terealisasi NTT tidak akan kekurangan listrik,” tandasnya.
(Sumber: https://www.merdeka.com/uang/sebanyak-30-persen-wilayah-ntt-belum-tersentuh-listrik.html)