Akhir tahun menjadi kesempatan berharga bagi setiap organisasi untuk melakukan refleksi, evaluasi serta melihat capaian yang telah dilakukan selama setahun belakangan. Demikian juga dengan Hivos, sebagai organisasi yang bergerak dalam isu kemanusiaan khususnya penggunaan energi terbarukan, di akhir tahun 2017 ini juga melakukan Refleksi Akhir Tahun Fasilitator Pengarusutamaan Gender dalam Energi Terbarukan dan Menyatukan Langkah ke Depan. Dalam kesempatan ini Fasilitator Pengarusutamaan Gender dapat berevaluasi diri dan melihat capaian-capaian serta perubahan yang dapat dilihat dari para penerima manfaat melalui proyek TERANG. Selain itu kegiatan ini juga berfungsi untuk melihat potensi kegiatan apa yang dapat dilakukan di tahun-tahun mendatang. Rapat refleksi diadakan di Hotel Mercure, Sabang pada tanggal 11-13 Desember 2017, dengan diikuti oleh fasilitator gender proyek TERANG yang ada di NTB dan NTT, pegawai Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), tim Biogas Rumah (BIRU), tim Sumba Iconic Island (SII) dan anggota dari Strategic Partnership Green Energy (yang bergabung pada tanggal 12 dan 13 Desember 2017). Hadir sebagai fasilitator dalam kegiatan ini adalah Intan Damayanti konsultan gender specialist untuk Hivos. Refleksi Akhir Tahun Fasilitator Pengarusutaman Gender ini merupakan forum bersama seluruh gender fasilitator serta beberapa mitra proyek TERANG untuk melakukan refleksi individu dan organisasi dalam mencapai visi misi yang sudah ditetapkan bersama-sama.
Pada hari pertama dalam kegiatan refleksi ini membahas mengenai perubahan individu dan organisasi setelah dijalaninya pelatihan dan sesi fasilitasi. Para fasilitator gender ini melaporkan banyak sekali perubahan baik yang dialami baik oleh mereka sendiri sebahai fasilitator dan juga oleh peserta pelatihan yang mana juga penerima manfaat dari proyek TERANG. Beberapa contoh yang paling banyak dialami oleh fasilitator adalah kemampuan untuk menghargai peserta pelatihan saat melaksanakan proses fasilitasi dan adanya juga perubahan dalam kemampuan untuk melaksanakan perspektif kesetaraan gender secara internal dalam keluarga. Dikarenakan fasilitator gender ini banyak memberikan pelatihan dalam bidang perencanaan visi serta kesetaraan gender, maka banyak dari mereka yang memiliki kemampuan lebih baik untuk merencanakan dan memperluas bisnis. Tidak jarang juga banyak perempuan memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum dan memutuskan apa saja kebutuhannya dikarenakan tumbuhnya rasa percaya diri yang lebih besar. Perubahan baik tidak hanya dialami oleh fasilitator dan peserta perempuan. Laki-laki pun mengakui bahwa mereka sudah mulai membagi pekerjaan rumah tangga dengan istri seperti mencuci baju dan menyapu. Mereka juga tidak lagi tergantung istri untuk menyiapkan sarapan, bahkan diakui oleh beberapa keluarga bahwa pembagian tanggung jawab pekerjaan rumah tangga sudah ditanamkan kepada anak-anak agar mereka terbiasa sedari kecil.
Berdasarkan laporan dari tiap-tiap fasilitator, peningkatan taraf hidup juga terjadi pada peserta pelatihan yang juga adalah penerima manfaat dari proyek TERANG. Peningkatan taraf hidup ini memang dimasukan pada perjalanan visi yang awalnya diidentifikasi saat awal pelatihan. Contohnya antara lain adalah peningkatan jumlah ternak yang dimiliki, jumlah tabungan yang cukup banyak, peningkatan pendapatan, peningkatan waktu belajar anak yang berkaitan langsung dengan pencapaian nilai ujian yang baik, serta peningkatan kapasitas dalam menggunakan alat elektronik seperti computer dan infocus. Semua pencapaian ini telah terukur dengan menggunakan metode Gender Action Learning System (GALS). Sebuah metode inklusif yang dapat mengidentifikasi visi setiap individu dalam rumah tangga dengan melibatkan pasangannya serta mengintegrasikan konsep keseteraan serta sensitive gender di seluruh metodologinya. Untuk lebih lanjut terkait metode ini, dapat klik di sini (http://www.galsatscale.net/_documents/GALSatScale0overviewCoffee.pdf).
Di hari kedua dan ketiga, para peserta eksternal pun turut hadir seperti Ibu Ratna Susianawati dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), serta lima mitra dari Strategic Partnership Green Energy Hivos SEA. Banyak dari mereka yang tertarik dengan rapat kerja akhir tahun ini dan mendengar pencapaian serta peningkatan taraf hidup yang juga berkeadilan gender. Ibu Ratna Susianawati, Asisten Deputi Bidang Infrastruktur dan Lingkungan, KPPPA, mengatakan bahwa Metode GALS adalah metode yang responsive terhadap kesetaraan gender. Melalui metode ini potensi sumber daya manusia dapat dibangun dan akhirnya dikawinkan dengan sumber daya alam, yang dalam konteks ini adalah energi. Apabila berbicara mengenai keterbatasan akses terhadap energi, KPPPA memandang perempuan dan anak-anak rentan terhadap situasi ini. Keterbatasan ini yang nantinya membuat perempuan tidak bisa mandiri. Apabila inklusifitas akses terhadap energi menjadi nyata, maka perempuan pun akan menjadi lebih mandiri. Hal ini dapat dikaitkan dengan pencapaian taraf kehidupan yang dialami oleh perempuan melalui adanya proyek TERANG. Banyak perempuan Sumba yang sudah mampu menghasilkan uang sendiri dikarenakan mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk menenun.
Dalam proses selama tiga hari tersebut, para peserta mengharapkan munculnya pembelajaran di tingkat nasional. Tidak sedikit fasilitator gender yang sudah melibatkan diri dengan mitra lain di luar organisasi Hivos. Jaringan sudah terlihat, namun hubungan antar jaringan tersebut masih belum kuat. Hal ini bisa menjadi catatan bagi peserta untuk ke depannya. Melihat dari tema besar pertemuan ini yaitu pengetahuan dan kebiijakan, telah disetujui bahwa masih dibutuhkannya mobilisasi informasi yang lebih gencar dan intensif dikarenakan masih kurangnya diseminasi dari kedual hal tersebut ke pemerintah dan masyarakat umum. (VD)