Membelah Bukit Menatap Cahaya
Geram dengan kegelapan dan kemiskinan yang mereka alami puluhan tahun, warga desa Kamanggih bergotong-royong membelah bukit. Laki dan perempuan, pemuka desa maupun hamba sahaja, bekerja beralatkan linggis, pacul, sekop, dan pakuel membentuk air terjun untuk pembangkit mikro-hidro. Listrik 250 kWh pun mengalir 24 jam/hari –cukup buat 350 rumah, Puskesmas, Polsek, bahkan untuk dijual ke PLN.
Pembawa Perubahan, Pencipta Kebersamaan
Kondisi geologis dan sosial menjadi beberapa tantangan pengadaan energi baru terbarukan di Sumba. Namun, inisiatif SII justru membuktikan: di desa paling miskin atau di pegunungan paling terpencil, sukses selalu bermula dari hadirnya para pembawa perubahan yang bisa meyakinkan semua untuk bekerjasama dan berbagi. Mereka ini bukan cuma keturunan Raja, tapi juga pendeta, pengusaha, dan orang biasa.
Semangat Warga Petani Pokcay
Lapangan kota Waingapu yang tadinya terbengkalai kini dipenuhi bawang, pokcay, kol, cimsi, pitsai, tomat, kangkung, dan sawi. Bahkan ada warga yang mulai menanam padi di lahannya. Semua bermula dari pelatihan pembuatan biogas dari kotoran ternak babi yang digelar Sumba Iconic Island, tahun 2011. Jiwa entrepreneur, kerja swadaya, dan jalur komunikasi jadi kunci keberhasilan para petani perempuan.