netralnews.com – Sejumlah warga masyarakat di Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur memanfaatkan lentera tenaga matahari atau surya untuk penerangan karena sulitnya akses tenaga listrik di daerah mereka.

“Kami awalnya pakai pelita. Ada juga lampu (solar home system) dari PLN tapi tidak maksimal, artinya kalau larut malam lampu padam,” kata Margaretha Katoda, salah seorang warga Desa Delo Kabupaten Sumba Barat Daya, Senin (29/1/2018).

Akhirnya mereka mengetahui adanya Proyek Terang yang dilaksanakan oleh tim konsorsium antara Hivos yang memanfaatkan tenaga surya untuk penerangan.

Margaretha yang juga pemilik Kios Energi merasakan banyak manfaat setelah menggunakan penerangan berbahan bakar energi terbarukan.

Selain mengurangi pengeluaran untuk membeli minyak tanah sebagai bahan bakar pelita, juga berdampak kepada kesehatan mereka karena tidak lagi harus menghirup sisa pembakaran pelita yang juga mengakibatkan mata perih.

Selain itu, penggunaan lentera surya juga berdampak pada kegiatan ekonomi produktif di malam hari, misalnya mengupas kemiri, menenun, mengayam, bengkel, berjualan di toko kelontong serta menjahit juga membantu anak-anak belajar.

Hal senada dikatakan Albina Wini, warga Desa Wee Wula yang mengaku sebelum memiliki lentera surya, ia menggunakan genset untuk listrik.

“Semalam saya bisa habis Rp30 ribu untuk bahan bakar genset saja,” ujar Albina, dilansir dari laman Antara.

Tapi dengan lentera surya, ia mengaku berhemat dan cahaya yang dihasilkan juga sangat terang serta tidak gampang rusak.

Mereka juga sangat terbantu jika ada kegiatan di malam hari misalnya acara kedukaan, lentera bisa disewa seharga Rp5.000 dan lebih murah dibandingkan genset.

Proyek Terang (Investing in Renewable Energy for RuralRemote Communities) dan hingga akhir 2017 telah menyediakan akses listrik bagi 26 kabupaten di NTT.

Jetty Arlenda Maro dari Resco, konsorsium Hivos mengatakan pihaknya memfasilitasi masyarakat secara gratis lewat Kios Energi.

Mereka hanya dibebankan biaya keanggotaan sebesar Rp50 ribu untuk pertama kali, lalu membayar Rp2.000 sekali mengisi ulang lentera surya.

Setelah 300 kali pengisian ulang, lentera surya bisa menjadi milik warga.

Saat ini terdapat 30 kios energi di seluruh Sumba dan lebih dari 3.000 rumah telah mendapatkan penerangan lentera surya.

(Sumber: http://www.netralnews.com/news/sains/read/125690/patut-dicontohmasyarakat-sumba-gunakan-lentera-tenaga-matahari-untuk-penerangan)