Mengubur Parang, Memanen Terang
Tujuan SII tak sekadar pengadaan energi baru terbarukan. Kerjasama SII dan Yayasan Sosial Donders di Kodi terbukti menciptakan kesempatan hidup yang lebih baik bagi salah satu kecamatan dengan ekonomi paling tertinggal di Sumba Barat daya. Proyek biogas yang mereka bangun bakal memungkinkan anak-anak mereka belajar di malam hari. Para pria pun tak lagi berkeliaran malam buat mencuri dan merampok.
Pagi-pagi, Domingus Dengi Bokol sudah bermandi matahari di ladang jagungnya. Ditemani istri dan anak sulungnya, warga Kalena Ronggo di Sumba Barat Daya itu sigap mencabuti alang-alang. Ia juga rajin mengumpulkan kayu, bambu dan batu untuk membantu desanya membangun kandang ternak dan menggali lubang biogas sedalam 8 meter kubik. Di waktu luang, ia membantu mengurus kebun tetangganya –sebuah pemandangan yang takkan pernah terbayangkan oleh siapapun yang pernah mengenal pria bertubuh liat itu.
Seperti ayahnya dan kebanyakan lelaki lain di Kecamatan Kodi, Domingus terbiasa “jalan malam” –sebuah istilah yang tak dimaksudkan sebagai kegiatan mencari hiburan di desa yang hingga hari ini belum teraliri listrik itu. Bersama gerombolan 6-10 orang yang bersenjatakan tombak, panah, parang dan batu, mereka berkelana hingga ke pelosok Sumba Barat, Tengah dan Timur buat mencuri kerbau, babi, dan kuda. Kadang juga untuk merampok di pasar. Uang hasil curian dihabiskan buat makan dan berjudi. “Istri selalu melarang. Katanya nanti cepat mati,” kenangnya. “Saya pukul dia.”
Hingga suatu subuh, ia pulang dengan panah menancap di kakinya. Aksi mencuri di desa tetangga gagal. Lawan mereka yang juga terbiasa merampok telah menyiapkan jebakan. Gerombolan Domingus tercerai-berai. Satu kawannya mati tertusuk tombak. Pagi itu, sambil berurai air mata Kristina Rarombo mengangkut suaminya dengan gerobak ke rumah sakit. Pertemuan dengan Pater Mikhael Keraf pun membuatnya bertobat. Yayasan Sosial Donders yang dikelola sang pendeta membantu para istri yang harus mengurus 6 sampai 9 anaknya sendirian sementara suami mereka pergi merampok berhari-hari.
Pelan-pelan organisasi ini mengajak seluruh desa membangun kembali nilai-nilai yang sudah lama dilupakan. “Kalau agama asli mereka yang disebut Marapu diikuti secara benar, takkan ada yang mencuri atau merusak,” jelas Pater Mikael. Rumah Pintar dibangun bersama, doa dan ritual lama dihidupkan kembali. Kerjasama SII dan Yayasan Donders pun membuat warga memiliki pilihan. “Proyek biogas mendorong warga mengumpulkan kotoran ternak dan memanfaatkannya sebagai sumber energi bersih,” ungkap Pater Mikhael. “Orang jadi mau memelihara kerbau –tak lagi mencuri atau memotongnya.“
Bagi Domingus menanam jagung dan membangun kandang pun menjadi pilihan hidup yang lebih baik ketimbang dilempari tombak. Dari mengurus kebun tetangganya, Domingus bisa mendapatkan tambahan Rp. 200 ribu/bulan –cukup buat beli beras. Ia, yang dulu kabur dari sekolah gara-gara memukul gurunya, kini bahkan bisa menyekolahkan anaknya. Mereka yang baru mengenalnya, takkan menduga ia mantan perampok. Domingus murah senyum dan tak lagi memukul istri. Dan bila proyek biogas selesai di desanya nanti, malam tak lagi menyisakan kegelapan dan kegelisahan panjang bagi anak-bininya. (FI/YS)
Artikel lainnya:
→ Sejahtera Berkat Energi Bersih
→ Menerangi Sumba Memberdayakan Wanita
→ Mengubur Parang Memanen Terang
→ Membelah Bukit Menatap Cahaya
→ Pembawa Perubahan, Pencipta Kebersamaan
→ Semangat Warga Petani Pokcay
→ Krisis Energi Berbuah Inovasi
→ Menyalakan Cahaya, Menyelamatkan Nyawa
→ Peluang Bersama Pulau Sumba
→ 100% Terbarukan