Linda (27 tahun) adalah warga Desa Cendana, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah. Linda tinggal bersama suami, anak-anak, adik, dan ayah mertuanya. Mereka adalah keluarga petani. Pada waktu-waktu tertentu ketika kegiatan pertanian sudah mulai berkurang, Melkiausus, suami Linda, mengambil pekerjaan sebagai tukang bangunan.
Untuk menghidupi kebutuhannya, keluarga ini memiliki kebun jambu mede dan kemiri. Panen mede biasanya berlangsung dari bulan April hingga awal September, sementara untuk kemiri hampir ada di sepanjang tahun meskipun puncak panennya ada di bulan Agustus hingga Desember setiap tahunnya. Selain itu, keluarga ini juga menanam jagung dan singkong yang hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Linda dan keluarga juga memelihara babi yang biasanya dijual pada saat mendesak atau untuk keperluan adat.
Setiap hari, selain memasak, Linda juga bertugas merawat babi peliharaan keluarga. Untuk kebutuhan pangan harian, biasanya dalam waktu 4-6 bulan dalam satu tahun, Linda dan keluarga mengkonsumsi jagung. Sisa bulan berikutnya mereka mengkonsumsi singkong atau beras yang ia beli dari warung terdekat. Diperlukan tenaga lebih agar jagung siap dikonsumsi. Linda akan menghabiskan waktu hingga 4 jam untuk setiap kali menumbuk sekitar dua kilogram jagung sebelum dimasak. Jika sedang musim jagung, Linda akan menumbuk hampir setiap hari untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Kegiatan menumbuk jagung akan berhenti ketika persediaan jagung di rumah sudah habis. Dan kegiatan menumbuk ini setidaknya dilakukan setiap 4 sampai 6 bulan setiap tahunnya sebagaimana umumnya masyarakat Sumba yang mengkonsumsi jagung dari bulan Februari hingga akhir Agustus. Hal yang dialami Linda juga dialami oleh kebanyakan perempuan di Sumba yang secara budaya mendapatkan tugas untuk menyediakan jagung sebagai makanan utama bagi keluarga.
Proyek TERANG (Investing in Renewable Energy for Rural, Remote Communities/Investasi untuk Energi Terbarukan bagi Masyarakat Wilayah Pedesaan dan Terpencil) – yang merupakan proyek kemitraan antara Konsorsium Hivos bersama Yayasan Rumah Energi (YRE) dan Village Infrastructure Angel (VIA) dan Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA-I) melihat waktu yang dihabiskan oleh perempuan Sumba untuk menumbuk jagung cukup lama dan tidak efisien. Proyek TERANG melihat peluang untuk mengembangkan layanan baru dengan menggunakan energi terbarukan yaitu mesin pengolah hasil pertanian berbasis tenaga surya.
Mesin ini mampu mengolah bulir padi menjadi beras layak konsumsi serta mengolah jagung mulai dari memipil jagung menjadi biji, hingga mengubahnya menjadi bubuk dengan berbagai ukuran yang layak konsumsi hanya dalam hitungan 10 menit untuk setiap dua kilogram. Dengan memangkas waktu pengolahan jagung dan beras menjadi lebih cepat, diharapkan para perempuan dapat memanfaatkan waktu luang yang tersedia untuk kegiatan produktif atau kegiatan sosial lainnya.
Untuk memberikan layanan mesin pengolah hasil pertanian ini, Proyek TERANG bekerja sama dengan para agen pemberi layanan tersebut, salah satunya adalah Rinka D. Renya, yang berada satu kampung dengan Linda. Sejak bulan Agustus 2017, saat mesin giling ini dipasang, Linda telah menjadi pelanggan setianya. Meskipun Linda harus membayar Rp. 500,- untuk satu kilogram jagung yang digiling, Linda merasa harga itu relatif murah dibandingkan dengan waktu yang harus dihabiskannya untuk menumbuk jagung.
Meskipun sejak bulan September persediaan jagung sudah semakin menipis, jasa penggilingan jagung ini masih dimanfaatkan oleh Linda untuk menggiling singkong untuk konsumsi keluarga. Setiap bulannya, Linda dan keluarga harus menyediakan uang setidaknya Rp. 40.000,- untuk menggunakan layanan mesin pengolah hasil pertanian ini. Namun, uang yang dikeluarkan ini setimpal dengan waktu dan tenaga yang bisa dihemat oleh Linda dimana ia memanfaatkannya untuk bekerja bersama dengan suaminya merawat kebun dan dapat memberikan kualitas yang lebih baik dalam mengurus anak-anak serta meluangkan waktu untuk istirahat.