Krisis Energi Berbuah Inovasi
Krisis energi, biaya mahal, dan perubahan iklim adalah beberapa hal yang menyebabkan negara-negara Eropa berpaling pada energi terbarukan. Tiga negara pendonor SII merasakan sendiri pahitnya ketergantungan pada energi fosil di awal 1970-an. Ini alasan kenapa mereka bekerjasama dengan Indonesia untuk menciptakan solusi teknologi air, angin, panas matahari, dan kotoran ternak di Sumba.
Denmark tak pernah melupakan bagaimana krisis minyak global 1973 berdampak buruk pada ekonominya. Norwegia, meskipun kelimpahan cadangan minyak —dan penghasil gas bumi nomor tiga di dunia— menyadari kalau efisiensi dan diversifikasi energi adalah kunci masa depan. Belanda dengan banyaknya wilayah yang berada di bawah garis permukaan laut menyadari kerentanannya bila ancaman perubahan iklim terus berlanjut. Ini beberapa alasan kenapa ketiganya berpaling dari energi fosil.
Denmark menjawab krisis energi dengan melahirkan teknologi pembangkit angin: Perusahaan macam Vestas dan Siemens pun bermunculan pada 1979 and 1980. Saat ini 30% tenaga listrik dan 11% total ekspor Negara berasal dari energi angin. Negeri tetangga, Norwegia, menghasilkan listrik hampir 100% dari tenaga air sejak tahun 80-an —sebagian untuk warga dan sebagian diekspor ke negeri tetangga. Dengan listrik melimpah kendaraan-kendaraan listik pun mudah dijumpai di jalan. Norwegia juga mengolah sampah menjadi energi. Tak heran, bila saat ini mereka importir sampah terbesar di Eropa!
Belanda telah bersumpah mengurangi emisi CO2 sampai setengahnya dan memproduksi 40% listriknya dari sumber terbarukan pada 2050. Belanda juga menjadi hub biofuel di Eropa dan memimpin teknologi gas yang efisien (30% cadangan gas alam Eropa ada di sana). Negeri kincir angin itu telah memanen listrik dari tenaga angin di lepas pantai dan dari 6,3 juta ton limbah warganya. Dalam bidang riset, mereka di peringkat keenam dalam hal paten aplikasi panel surya. Pemerintahnya pun giat bekerja sama dalam pemanfaatan energi terbarukan, termasuk dengan India dan Indonesia.
Selain, menyediakan pendanaan untuk proyek Sumba Iconic Island, pemerintah Belanda melalui badan kerja sama pembangunannya, HIVOS, juga menggalang dukungan untuk mempromosikan penggunaan energi baru di Sumba. HIVOS pun terus membangun kerjasama erat dengan para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah, termasuk kementrian ESDM, para Bupati di Sumba, dan berbagai komunitas akar-rumput. Dua ekspedisi yang melibatkan pemuda warga Negara Belanda telah dilangsungkan untuk mempromosikan proyek ini, disusul festival musik untuk penggalangan dana dari swasta dan publik.
Pemerintah Norwegia menggelontorkan 2 juta dollar AS untuk proyek energi terbarukan di Sumba. Erna Solberg, Perdana Menteri Norwegia, mengatakan akan ada perusahaan asal negaranya yang akan menyediakan listrik kepada seluruh masyarakat di Pulau Sumba. Pemerintah Denmark juga turut mendukung pendanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga angin di Hambapraing. Sementara Vestas melalui program Wind for Prosperity menyediakan solusi teknologi turbin angin murah dan terdesentralisi untuk wilayah terpencil demi mengurangi kemiskinan dan emisi CO2. (HH/YS)
Artikel lainnya:
→ Sejahtera Berkat Energi Bersih
→ Menerangi Sumba Memberdayakan Wanita
→ Mengubur Parang Memanen Terang
→ Membelah Bukit Menatap Cahaya
→ Pembawa Perubahan, Pencipta Kebersamaan
→ Semangat Warga Petani Pokcay
→ Krisis Energi Berbuah Inovasi
→ Menyalakan Cahaya, Menyelamatkan Nyawa
→ Peluang Bersama Pulau Sumba
→ 100% Terbarukan